Setelah keinginan membentuk koalisi Islam tampaknya hanya seperti fatamorgana, kini PKS sudah melangkah lagi dengan penjajagan berkoalisi dengan partai Gerindra. Tidak aneh jika partai yg dipimpin oleh Anis Matta (AM) ini mendekati partai besutan Prabowo Subianto (PS). Pertimbangan pragmatis sudah pasti lebih mengemuka ketimbang ideologis. PKS tahu persis bahwa kans utk ikut berkuasa lagi hanya mungkin jika ia masuk dlm koalisi yg kuat. Koalisi dengan PDIP sudah jelas lebih mudah ketimbang naik ke langit baginya. Maka satu-2nya pilihan adalah mendukung capres Gerindra, PS dan menjadi anggota koalisi dg partai berlambang kepala Garuda itu. Secara teoretis, PKS masih bisa mengajukan cawapresnya kepada PS, tetapi paling realistis kalau hanya meminta jatah Menteri dan posisi-2 strategis lain. Kalau toh tokoh-2 PKS bilang kursi Menteri "tidak penting," itu sama sekali bukan karena mereka tak butuh. Faktanya, PKS selalu menempatkan tokoh-2nya dalam Kabinet pasca-Reformasi sejak alm GD menjadi Presiden ke 4. Bahkan kendati partai tsb juga sering mbalelo dalam koalisi, tetapi tak pernah mau meminta menteri-2nya hengkang dengan alasan, menteri adalah pembantu Presiden (seolah-2 sudah tidak ada kaitan dengan partai!). PS dan Gerindra serta parpol calon anggota koalisi lain, saya kira sangat perlu mempelajari untung rugi berkoalisi dengan PKS. Track record PKS ketika menjadi bagian dari Setgab mestinya menjadi salah satu bahan pertimbangan yg serius apakah koalisi yang melibatkan partai ini akan bisa padu atau akan senantiasa terancam konflik internal. Pengalaman adalah guru yang baik, kata orang. Dan ini berlaku juga dalam kiprah politik. Selamat membangun koalisi, Pak Prabowo! Semoga sukses...
Selanjutnya baca tautan ini:
http://pemilu.okezone.com/read/2014/04/28/568/976835/pks-kursi-menteri-tidak-penting
0 comments:
Post a Comment