Politik nasional pasca-hitung cepat Pileg 2014, kini terfokus pada dua topik utama:1) Pembentukan koalisi parpol untuk pencapresan; dan 2) Siapa yang akan menjadi cawapres. Sebelum Pileg berlangsung, parpol-parpol masih belum begitu bergairah merancang calon koalisi mereka karena masing-2 (utamanya parpol lima besar) masih sangat pede akan menjadi pendulang suara di Parlemen. Apalagi ihwal cawapres. Mungkin tidak satupun tokoh yg punya lavel nasional bicara soal rencana jadi cawapres thok. Tokoh seperti JK yg tidak lagi bisa mengandalkan Golkar, atau Endriyartono Sutarto yg purnawirawan Jenderal dan kurang berpengalaman dalam politik, dan bahkan seorang Juhur Hidayatpun semua keukeuh mau jadi "nyapres." Kini suasana sudah beda karena tak satupun parpol meraih batas psikologis 20% suara Pileg, sehingga memaksa parpol besar "gedabigan" cari partner koalisi utk pencapresan dan cawapres yg pas. Setidaknya capres potensial ada 3: Jokowi (Pdiiip); Prabowo (Gerindra); dan ARB (Golkar). Soal partner koalisi parpol, saya kira tak terlalu susah dicari karena dengan 3 atau 4 pasangan parpol, maka treshold 20% kursi DPR pasti terpenuhi. Namun tidak demikian dg cawapres. Baru kali ini dalam sejarah Indonesia, posisi cawapres begitu penting dan ikut menentukan apakkah capres-2 yg berlaga bisa sampai putaran kedua, atau syukur-2 menang satu putaran! Cawapres itu haruslah sosok yg memenuhi syarat: 1) elektabilitas plus popularitas yg tinggi; 2) pengalaman dalam pemerintahan pd level nasional yg cukup; 3) tidak ditolak pasar dan kalangan bisnis (dalam dan luar); 4) diterima oleh rakyat yang majemuk, termasuk kelompok minoritas, nasionalis, Islam, dll; dan 5) usia masih relatif muda sehingga energi dan semangatnya dapat diandalkan. Di sinilah sosok seperti Mahfud MD (MMD), hemat saya, menjadi salah satu cawapres paling ideal. Dipasangkan dengan Jokowi, Prabowo, maupun ARB, sosok MMD akan menjadi faktor pengubah permainan (game changer) yg sangat signifikan. PDIP, Gerindra, dan Golkar memerlukan dukungan massa Islam moderat dan seorang tokoh nasional yg tidak dianggap anti pasar, serta jelas punya pengalaman sangat baik dalm pemerintahan. Soal hubungan dg partai politik, MMD bisa bekerjasama dg parpol Islam dan nasionalis serta bisa menjaga kemandirian yg tinggi dari intervensi mereka seperti statemennya yg saya tautkan di bawah. Dan MMD selain bisa menjadi pengimbang dan partner di Istana, juga bisa berfungsi sebagai lobyist yang tangguh untuk berhadapan dengan masyarakat politik maupun masyarakat sipil. Walhasil, baik PDIP, Gerindra, maupun Golkar akan menaikkan kans mereka dalam Pilpres jika cawapres mereka adalah sosok MMD. Apakah pasti menang? Tidak ada kata pasti dalam politik, tetapi hemat saya probabilitas utk meraih kemenangan dg memasang MMD sebagai cawapres lebih realistik ketimbang yang lain seperti JK, Akbar, Pramono Edhi, Dahlan Iskan, dll.
Baca tautan ini:
http://politik.rmol.co/read/2014/04/13/151117/Mahfud-Tak-Masalah-Ditinggal-Cak-Imin-
0 comments:
Post a Comment