Laporan: Aldi Gultom
Namun, pakar politik, Muhammad AS Hikam, menyatakan, sebetulnya pasangan tersebut lemah.
"Beberapa bulan lalu saya menulis bahwa pasangan tersebut lemah dan saya merekomendasikan agar Gerindra tidak memilihnya," dalam komentarnya yang dipublikasikan lewat jejaring sosial facebook, beberapa saat lalu, Jumat (9/5).
Namun dia sadari bahwa rekomendasi pengamat tentu akan kalah dengan realitas dan dinamika serta keputusan akhir para pemangku kepentingan, khususnya elite Gerindra.
Dia tetap pada pandangan semula bahwa pasangan PS-HR tidak cukup kuat untuk memenangkan Pilpres melawan Jokowi dalam satu putaran.
Namun, ada satu pengecualian yang akan membuat kalkulasi politik berbeda.
"Siapa yang akan jadi cawapres Jokowi juga berpengaruh apakah Pilpres akan berlangsung ketat atau tidak. Jika pasangan cawapres Jokowi masih tetap JK, Ryamizard Ryacudu, atau Mahfud MD, maka probabilitas Pilpres dimenangkan Jokowi dalam satu putaran cukup tinggi," terangnya.
Menurut dia, jika Jokowi dan PDIP memilih Puan Maharani atau Abraham Samad, maka probabilitas Pilpres satu putaran akan menyusut.
"Apalagi, kalau ternyata Partai Demokrat dan Golkar nekat membangun sebuah koalisi untuk mengusung capres," terangnya.
Jika demikian keadaannya, mantan anggota kabinet era Gus Dur ini menyebutkan, pasangan PS-HR harus mampu bertahan dalam dua kali putaran, dan mencoba mengajak pasangan ketiga (jika memang ada) untuk bergabung mendukungnya.
Demikian pula, Jokowi dan pasangannya harus berupaya meraih dukungan pasangan ketiga tersebut untuk putaran kedua.
"Pilpres 2014 akan alot jika Jokowi memilih pasangan cawapres di luar ketiga nama yang paling tinggi elektabilitasnya itu (JK, Mahfud, Ryamizard). Kita tunggu saja ijab-kabul pasangan PS-HR ini," terangnya. [ald]
0 comments:
Post a Comment