Thursday, June 12, 2014

MENILAI KUALITAS KAMPANYE PARA MANTAN JENDERAL

Barangkali dalam sejarah Pilpres di Indonesia, baru kali ini para mantan Jenderal begitu intensif melibatkan diri dalam kampanye mendukung kedua pasangan capres. Sayangnya, sejauh yang bisa diikuti dari jejaring media, baik yang biasa maupun media sosial, kiprah kampanye mantan elite TNI itu umumnya tidak berisi pendidikan politik yang positif bagi bangsa dan rakyat Indonesia, dan bahkan, makin dekat dengan hari H, makin cenderung tidak berbobot, dan bahkan asal njeplak. Sangat menyedihkan jika mengikuti omongan para mantan Jendral itu ketika saling serang dan saling mencerca lawan. Bagi orang seperti saya, yang bukan militer, risih sekali rasanya membaca statemen-2 vulgar seperti "saya sudah tahu kelakuan si A karena saya pernah jadi atasannya," atau "si A itu tidak layak memimpin karena dia psikopat," atau "bagaimana si A mau menjadi Presiden kalau dia pernah dipecat," atau "isu Babinsa adalah permainan jenderal Anu.." dll.

Saya sering baca dan dengar bhw dalam militer itu ada yang namanya loyalitas korps, jiwa korsa, pengormatan terhadap senioritas, dll. Bagaimana mungkin kesemua nilai-nilai mulia itu kemudian dihancurkan sendiri oleh mereka yang pernah menjadi elite militer. Bukankah cita-2 tertinggi seorang prajurit adalah mencapai karir sampai memperoleh bintang? dan bukankah seorang prahurit yang layak mendapat bintang hanya mereka yang mumpuni baik kapasitas dan keahlian maupun kualitas moralnya? Dan jika telah purnawirawan, bukankah mereka itu akan menjadi kebanggaan dan teladan para prajurit yang masih aktif? Bagaimana pula dengan semboyan "Soldiers never die, they only fade away" yg berarti sekali prajurit tetap berjiwa prajurit (kendati sudah purnawira) itu?

Pilpres 2014 tampaknya telah hampir sempurna menghancurkan gambaran ideal di atas. Ternyata, statemen para purnawirawan yg punya nama dan capaian hebat-2 itu tak lebih bagus ketimbang para politisi Senayan, para jurkam parpol, atau bahkan para pemandu sorak di jalanan! Kualitas statemen mereka begitu rendah karena tidak lagi berdasarkan nalar yang sehat, tetapi ambisi dan kepentingan politik. Mereka saling bongkar satu sam lain di ruang publik dan disaksikan oleh publik di dalam maupun luar negeri. Bagaimana mungkin rakyat dan bahkan para prajurit akan mempercayai para senior militer yang seperti ini. Saya khawatir jangan-2 segala macam kehebatan dalam prinsip, semboyan, dan idealisme militer kita nanti ujung-ujungnya hanya sebagai mitos belaka!

Para mantan Jendral tentu punya hak penuh menjadi pendukung para pasangan capres dan terlibat kampanye pemenangan mereka. Tetapi seharusnya mereka juga menjadi contoh bagi rakyat bahwa ketike mereka berpolitik pun tetap konsisten dengan prinsip2 utama yang membuat mereka selama ini diakui dan dihormati. Jangan sampai karena kepentingan dukung mendukung, para mantan Jenderal tsb justru merendahkan diri sendiri dan berpotensi merendahkan martabat TNI dan/atau Polri!

Berikanlah contoh terbaik bagi para prajurit dan rakyat Indonesia. Bicaralah yang nalar dan benar, jangan asal njeplak!


Simak tautan ini:

http://surabaya.tribunnews.com/2014/06/11/pangdam-vbrawijaya-malu-senior-buka-aib-tni-sendiri
Share:

0 comments:

Post a Comment

THF ARCHIVE

FP GUSDURIANS