Wednesday, March 11, 2015

MULUT AHOK ITU HARIMAU BAGI ANGGOTA DPRD DKI

Saya kira Gubernur DKI, Basuki Tjahaja Purnama (BTP), atau Ahok, tidak usah membalas lapor ke Polisi karena beberapa oknum anggota DPRD DKI melaporkan beliau karena omongannya yang dianggap tidak sopan dan bikin sakit hati mereka. Lebih baik mantan Bupati Belitung Timur itu membentuk semacam tim komunikasi strategis yang khusus utk menghadapi DPRD nanti, sehingga tidak harus langsung dihadapi beliau jika terjadi ketegangan antara Pemda dan pihak Legislatif. Mungkin Ahok perlu mempunyai kru Humas yg khusus utk menanggapi dan merespon para politisi di ruang publik, termasuk media.

Kenapa perlu ada tim komunikasi seperti itu? Karena memang ada indikasi-indikasi kurang beres dalam cara mengatasi kegagalan komunikasi antara Gubernur para anggota DPRD yg lapor itu. Misalnya saja, kalau memang para politisi DPRD itu sering jengkel dan marah serta tersinggung dengan cara omong Gub. Ahok, kan harusnya diselesaikan di ruang DPRD saja. Bukankah mereka juga punya fungsi mengawasi Gubernur (termasuk cara omong di publik)? Kalau memang mau marah sama gaya dan omongan beliau, ya ditumpahkan saja di dalam RDP atau yg lainnya, sambil diminta Aok mempertanggungjawabkan pemakaian kata-2nya. Saya yakin Ahok akan memberi penjelasan kenapa beliau menggunakan kata dan kalimat yang seperti itu. Sebab, kalau dilihat dari rekam jejak beliau, fenomena omong dg pilihan kata-kata yang "seru" itu bisa jadi bukan dari dulu dipakai Ahok. Logikanya, kalau beliau memang punya kebiasaan memakai kata-kata yang kini dianggap memantik kemarahan para anggota DPRD DKI, tentu tidak akan dipilih oleh rakyat sebagai Bupati, anggota DPR RI, Wagub, dan kini Gubernur DKI.

Saya tidak yakin cara menyelesaikan ketersinggungan soal kata-kata Ahok dg lapor ke Polisi itu akan efektif. Malah bisa sebaliknya kalau dibalas lagi dengan laporan yang sama ttg kata-kata anggota DPR yang dianggap menyinggung Ahok. Kalau Polisi melayani laporan-2 tsb, lalu ditiru oleh banyak pihak yang tersinggung soal omongan (yang dianggap) kasar, jangan-2 malah tidak ada yang bisa bekerja. Dalam acara mediasi Pemda-DPRD bbrp hari lalu, misalnya, sempat terekam lontaran kata-2 "kebun binatang" dan "rasis" kepada Ahok. Bukankah ini bisa dilaporkan juga?

Walhasil, fenomena politisi DPRD DKI lapor Polisi soal kata-kata Ahok ini muncul karena cara berkomunikasi yg sudah hancur, alias breakdown. DPRD sudah cenderung "anti-pati" dan kesulitan menghandel sang Gubernur, lalu mencari-cari apa yang bisa digunakan utk membuat beliau gentar. Secara guyonan, jangan-2 jika laporan ini gagal, akan dicari isu lain ttg Ahok, misalnya makanan beliau atau cara berjalannya, atau bajunya, atau mungkin malah soal merek celana dalamnya sekalian. Jadi mendingan Ahok tidak usah meladeni, tetapi menyiapkan tim komunikasi strategis khusus menghadapi DPRD. Dengan cara ini potensi kemelut bisa diredam melalui interlokutor, dan tidak selalu harus frontal. Namun tentu saja ini terpulang kepada kemauan kedua belah pihak apakah ada kesadaran dan keinginan utk memperbaiki cara berkomunikasi itu demi kepentingan bersama. Kalau ternyata tidak ya apa boleh buat. Mulutmu adalah harimaumu.


Simak tautan ini:

http://megapolitan.kompas.com/read/2015/03/11/17444351/Ini.Kata-kata.Ahok.yang.Bikin.Anggota.DPRD.DKI.Sakit.Hati?utm_campaign=related_left&utm_medium=bp&utm_source=news
Share:

0 comments:

Post a Comment

THF ARCHIVE

FP GUSDURIANS