Tuesday, April 14, 2015

DIPERLUKAN KEMAUAN POLITIK YANG KUAT UNTUK MEBANGUN PLTN.

Program pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia masih tetap merupakan suatu hal yang akan sulit dilaksanakan dalam tempo yang cepat. Kendalanya bukanlah pada masalah-masalah kemampuan teknis, ketidak siapan masyarakat, pembiayaan yang tinggi, dan lokasi Indonesia yang merupakan negara kepulauan dan berada dalam cincin berapi (ring of fire). Bahkan juga bukan soal kekayaan alternatif sumberdaya energi yang (konon) masih melimpah itu. Kalau hanya perkara-perkara tersebut, semuanya sudah terjawab dan merupakan  alasan-alasan klasik yang mudah dijawab. Persoalan yang paling serius sejatinya adalah kemauan politik dari para pembuat kebijakan nasional di bidang energi, khusunya dan terutama dari Pemerintah sendiri. Selam kemauan politik mengenai pembangunan PLTN masih hanya retorika belaka, maka kendati nanti semua negara-negara jiran seperti Malaysia, Thailand, Myanmar, dan Vietnam telah selesai dengan pembangunan PLTN-PLTN mereka, Indonesia hanya akan menjadi penonton belaka. Bukan cuma itu, ketergatungan Indonesia terhadap energi pada saat itu sudah tidak dapat lagi diatasi sehingga negeri ini pun akan sangat lemah baik dari sisi kesejahteraan maupun keamanan nasionalnya.

Kemauan politik yang loyo ini tercermin dari statemen Wapres JK yang memang sejak dari dulu tidak pernah mendukung pembangunan PLTN, dengan alasan-alasan yang sama sekali tidak nalar. Alasan yang dikemukakan sebagaimana dikemukakan di berita yg saya tautkan itu, telah terbantahkan. Kelimpahan sumberdaya energi yang disebutkan oleh JK masih lebih bherupa daftar impian, bukan sesuatu yang sudah riil, apalagi jika dikaitkan dengan keekonomian energi-2 tsb. Hemat saya, JK sama saja dengan Presiden SBY yang selalu mengatakan PLTN adalah alternatif terakhir bagi energi kita. Sementara fakta di lapangan menunjukkan bahwa sediaan energi yang dimiliki RI hanya dimiliki dalam hitungan belasan hari, dan ketergantungan yang luar biasa pada impor minyak dan gas. Keegganan Pemerintah utk membangun kilang-2 minyak dan melakukan eksplorasi migas, serta keterbatasan sumber energi dari fossil, merupakan variabel-2 yang semakin membuat negara ini terpuruk dalam bidang energi. Padahal bisa dikatakan bahwa energi = keamanan nasional. Tanpa ketahanan energi yang memadai dan kokoh, maka keamanan nasional kita juga lumpuh.

Aspek kemauan politik dalam kebijakan energi, khususnya PLTN, itulah yg membedakan RI dengan negeri yang pemimpinnya punya visi seperti Iran. Dibanding Indonesia, cadangan minyak dan gas di negeri para Mullah tsb jelas lebih besar. Tetapi Iran membuat kebijakan energi nasional dengan membangun PLTN karena para pemimpinnya dg didukung rakyatnya melihat ke depan dalam rangka memberikan alternatif energi yang lebih baik dan murah dalam jangka panjang serta bersih secara lingkungan. Bahkan pemimpin negara yang relatif miskin ketimbang RI pun, seperti Bangladesh, memiliki visi yang jauh ke depan dalam soal energi ini. Bangladesh, tanpa banyak cingcong juga telah memulai proses pembangunan PLTN karena melihat alternatif sumberdaya energi ini lebih menjanjikan di masa depan. Pemimpin-2 negara Vietnam, Thailand, dan Malaysia pun tampaknya share dengan visi kebijakan energi demikian.

Indonesia sudah jauh lebih awal melakukan persiapan dan penguasaan Iptek nuklir pada masa Presiden Sukarno, karena beliau juga memiliki visi yang jauh ke depan. Tetapi Indonesia saat ini ketika sedang mengalami ancaman serius dalam masalah ketahanan energi malah memiliki pemimpin-2 yang visinya regressif seperti tercermin dalam statemen JK. Srtatemen bahwa PLTN adalah alternatif terakhir sejatinya hanya retorika kosong belaka yang menutupi ketidak mampuan membawa negeri ini menjadi negara yang berdaulat dan memiliki ketahanan energi selayaknya negara maju. Yang dipikirkan adalah cuma seberapa kepentingan-2 dan keuntungan jangka pendek, cepat, dan tidak membutuhkan kerja keras. Alih-alih membangun kemajuan dan keunggulan bangsa di masa depan. Sungguh sangat malang bangsa dan negara yang para pemimpinnya tidak visioner dan memiliki keberanian membuat terobosan...


Simak tautan ini:

http://nasional.kompas.com/read/2015/04/14/12541531/Wapres.Sebut.Energi.Nuklir.sebagai.Alternatif.Terakhir.di.Indonesia
Share:

0 comments:

Post a Comment

THF ARCHIVE

FP GUSDURIANS