Menurutt RR tata niaga garam di negeri ini dikontrol oleh 7 "begal" yg
menentukan harga dan tenty saja juga memengaruhi distribusi komoditas
tsb. Karena adanya para begal itu mk bisnis garam tdk pernah membuat
perani garam bisa menikmati keuntungan dan pada gilirannya memperoleh
kesejahteraan. Justru garam impor yg merajalela dan tdk bisa direm,
sebuah ironi yg terjadi sejak zanan baheuela dlm sebuah negara yg 2/3
wilayahnya adlh laut.
Sejujurnya kalau soal ironi spt itu, bukan hanya urusan garam. Beras, migas, kedelai, sapi, dll juga impor dan tergantung kpd luar negeri kendati selalu didengungkan kekayaan alam dan pertanian negeri ini. Dan bisa jadi semua ironi itu salah satunya karena peran para begal yg sangat lama, sistematis, dan ada di semua lini.
Dlm sistem pemerintahan yg efektif, fenomena begal ekonomi tentu merupakan persoalan serius dan menjadi target utama yg mesti dibereskan. Sebab ia selain merugikan rakyat juga mengganggu mekanisme pasar dan tata niaga itu sendiri. Dan seperti halnya begal yg konvensional, begal ekonomi ini jelas berbahaya bagi keamanan nasional.
Namun apkh dengan memberantas begal itu lalu urusan akan beres? Mungkin utk sementara bisa. Hanya saja begal2 ekonomi itu kongkalikong dg pemilik kekuasaan dan pembuat kebijakan yg ada di pemerintah. Terutama di negeri yg korup, sulit memilah antara begal dg pejabat yg berwenang. Mungkin hanya bisa dipilah antara begal besar (BB) dg begal kecil (BK). Dan kita tahu siapa dan di level mana begal besar dan kecil itu beroperasi.
RR dan para pejabat bisa saja menuding dan menangkap BK, tetapi jika BB tetap gentayangan dg aman, mk ibaratnya mati satu tumbuh seribu. Sasaran RR bukan hanya begal kecil yg 7 itu, tetapi yg lebih penting lagi adalah para sponsor begal yg ada di pemerintahan. Secara politis, memang akan lebih populer dan mudah meringkus para BK itu. Sebab kalau mau serius menghadapi BB resikonya akan berhadapan dg struktur kekuasaan yg sangat besar.
Simak tautan ini:
http://m.rmol.co/news.php?id=218061
Sejujurnya kalau soal ironi spt itu, bukan hanya urusan garam. Beras, migas, kedelai, sapi, dll juga impor dan tergantung kpd luar negeri kendati selalu didengungkan kekayaan alam dan pertanian negeri ini. Dan bisa jadi semua ironi itu salah satunya karena peran para begal yg sangat lama, sistematis, dan ada di semua lini.
Dlm sistem pemerintahan yg efektif, fenomena begal ekonomi tentu merupakan persoalan serius dan menjadi target utama yg mesti dibereskan. Sebab ia selain merugikan rakyat juga mengganggu mekanisme pasar dan tata niaga itu sendiri. Dan seperti halnya begal yg konvensional, begal ekonomi ini jelas berbahaya bagi keamanan nasional.
Namun apkh dengan memberantas begal itu lalu urusan akan beres? Mungkin utk sementara bisa. Hanya saja begal2 ekonomi itu kongkalikong dg pemilik kekuasaan dan pembuat kebijakan yg ada di pemerintah. Terutama di negeri yg korup, sulit memilah antara begal dg pejabat yg berwenang. Mungkin hanya bisa dipilah antara begal besar (BB) dg begal kecil (BK). Dan kita tahu siapa dan di level mana begal besar dan kecil itu beroperasi.
RR dan para pejabat bisa saja menuding dan menangkap BK, tetapi jika BB tetap gentayangan dg aman, mk ibaratnya mati satu tumbuh seribu. Sasaran RR bukan hanya begal kecil yg 7 itu, tetapi yg lebih penting lagi adalah para sponsor begal yg ada di pemerintahan. Secara politis, memang akan lebih populer dan mudah meringkus para BK itu. Sebab kalau mau serius menghadapi BB resikonya akan berhadapan dg struktur kekuasaan yg sangat besar.
Simak tautan ini:
http://m.rmol.co/news.php?id=218061
0 comments:
Post a Comment