Dua statemen tersebut bisa saja menunjukkan sikap pragmatisme FZ,
seakan-akan antara investasi dengan sikap Islamofobia dan melanggar HAM
itu dua hal yang tidak terkait, atau dalam istilah pentolan Gerindra itU
sebagai "tidak ada urusan." Namun hemat saya, sikap seperti itu cermin
dari sebuah mental yang sama sekali tidak kompatibel dengan jiwa bangsa
Indonesia dan semangat Pancasila, yang lebih mengedepankan etika dan
moral yang menghargai kemanusiaan, HAM, dan keadaban ketimbang
investasi. Sikap FZ mencerminkan kepemimpinan tanpa visi moral dan hanya
berorientasi keuntungan material. Implikasi dari sikap tersebut bisa
jadi adalah pembiaran terhadap para investor yang terlibat dalam
pelanggaran HAM dan memiliki ideologi rasis, xenofobia, dll. Bagi FZ
investasi lebih tinggi nilainya ketimbang landasan moralitas dan etika
dalam berbangsa!
Maka tidak mengherankan apabila FZ merasa tidak ada masalah dengan DT, tidak ada masalah dengan kasus "Freeport-gate," bahkan justru menuding laporan Menteri ESDM, Sudriman Said (SS), sebagai "omong kosong," dan bahkan "barang haram". (http://news.okezone.com/…/fadli-zon-laporan-sudirman-said-h…) Mungkin bagi pimpinan DPR itu, upaya membongkar korupsi pun akan ditentang jika berpotensi mengganggu kepentingan politik kelompoknya dan peningkatan investasi. Misalnya ketika ada kemungkinan pengusutan terhadap saksi Muhammad Reza (MR), akan merembet ke masalah dana kampanye Pilpres 2014 (http://nasional.kompas.com/…/Ruhut.Prabowo.Katanya.Dikasih.….)
Semakin memprihatinkan kondisi para pemimpin di negeri ini yang justru merupakan hasil dari gerakan pro demokrasi dan reformasi lebih dari 15 th lalu. Bukannya muncul para pemimpin baru yang memiliki karakter dan moralitas yang kuat, tetapi justru sebaliknya. Karakter pemimpin yang kini ada di elit negeri ini lebih mementingkan investasi ketimbang martabat dan keadaban. Maka jika rakyat Indonesia semakin tidak mempercayai DPR dan pemimpinnya, hal itu adalah sebuah konsekuensi logis belaka. Sebab rakyat Indonesia masih tetap lebih nalar ketimbang sebagian elitnya yang rela menggadaikan nilai-nilai moralitas dan etik bangsa dan negaranya demi investasi.
Simak tautan ini:
http://nasional.kompas.com/read/2015/12/10/13200281/Fadli.Zon.Tak.Menyesal.Bertemu.Donald.Trump
Maka tidak mengherankan apabila FZ merasa tidak ada masalah dengan DT, tidak ada masalah dengan kasus "Freeport-gate," bahkan justru menuding laporan Menteri ESDM, Sudriman Said (SS), sebagai "omong kosong," dan bahkan "barang haram". (http://news.okezone.com/…/fadli-zon-laporan-sudirman-said-h…) Mungkin bagi pimpinan DPR itu, upaya membongkar korupsi pun akan ditentang jika berpotensi mengganggu kepentingan politik kelompoknya dan peningkatan investasi. Misalnya ketika ada kemungkinan pengusutan terhadap saksi Muhammad Reza (MR), akan merembet ke masalah dana kampanye Pilpres 2014 (http://nasional.kompas.com/…/Ruhut.Prabowo.Katanya.Dikasih.….)
Semakin memprihatinkan kondisi para pemimpin di negeri ini yang justru merupakan hasil dari gerakan pro demokrasi dan reformasi lebih dari 15 th lalu. Bukannya muncul para pemimpin baru yang memiliki karakter dan moralitas yang kuat, tetapi justru sebaliknya. Karakter pemimpin yang kini ada di elit negeri ini lebih mementingkan investasi ketimbang martabat dan keadaban. Maka jika rakyat Indonesia semakin tidak mempercayai DPR dan pemimpinnya, hal itu adalah sebuah konsekuensi logis belaka. Sebab rakyat Indonesia masih tetap lebih nalar ketimbang sebagian elitnya yang rela menggadaikan nilai-nilai moralitas dan etik bangsa dan negaranya demi investasi.
Simak tautan ini:
http://nasional.kompas.com/read/2015/12/10/13200281/Fadli.Zon.Tak.Menyesal.Bertemu.Donald.Trump
0 comments:
Post a Comment