Sunday, April 16, 2017

MBAH KH. MAIMUN ZUBAIR DAN MULTIKULTURALISME

"Wong Islam iku padha, ning ya beda; beda ning ya padha." (Orang Islam itu sama tetapi beda; (mereka) beda tetapi sama.). 
(KH. Maimun Zubair, pengasuh Ponpes Al- Anwar, Sarang. Jateng, dan sesepuh NU, serta politikus senior PPP)


Islam sebagai fenomena sejarah dan sebagai sebuah sistem keagamaan adalah monopluralis, tunggal dan sekaligus pluralistik. Karakter itu sangat jarang diingat pada akhir2 ini karena maraknya sikap keberagamaan yg menafikan kemajemukan tsb. Sebagaimana ajaran-2 keagamaan lainnya, Islam juga memiliki berbagai madzhab dan aliran, baik teologi maupun Fiqh. Namun mereka diikat oleh satu yakni Kalimat Syahadat sebuah kesaksian diri thd keesaan Allah swt (Tauhid) dan kerasulan Muhammad saw.  Hakekat monopluralisme Islam tsb memungkinkan ummatnya utk berkiprah mewarnai dan turut menciptakan kemakmuran, kesejahteraan, kemajuan, keadilan, dan kedamaian manusià dan semesta.

Islam adlh rahmat bagi semua. Sayangnya muncul dan berkembangnya pemahaman2 keagamaan yg monolitik serta anti terhadap perbedaan telah menjadi penghalang bg perwujudan tujuan tsb. Sebaliknya malah muncul ideologi2 politik yg mengatasnamakan Islam namun kiprahnya total bertentangan dg spirit monopluralisme di atas.
Di negeri kita, ummat Islam sdg menghadapi ujian dan tantangan serta ancaman kelompok anti keberbedaan dan bahkan takfiri aerta jihadi. Ummat Islam yg menjadi salah satu elemen utama NKRI dicoba dipecah belah dan diintimidasi oleh kelompok tsb. Hasilnya adalah keterpecahan dan sekaligus pelemahan dalam batang tubuh bangsa Indonesia dan NKRI.

Kita camkan dan pahami pitutur Mbah Moen yg tampaj sederhana namun sangat hakiki dan dalam maknanya.
Share:

0 comments:

Post a Comment

THF ARCHIVE

FP GUSDURIANS