Saturday, March 9, 2019

KRITIK ADALAH "O2" BAGI KEHIDUPAN DEMOKRASI


Menyikapi kegaduhan akibat kasus Robertus Robert (RR), Kepala Staf Kantor Sekretariat Presiden (KSP), Jenderal TNI (Purn) Moeldoko, mengingatkan:

"...janganlah ... para pegiat... cari gara-2 dengan TNI ... jangan mencari popularitas melawan TNI..."

Saya ingin mengingatkan juga bahwa KRITIK yg dilontarkan RR masih legitimate (absah) dan, hemat saya, jauh dari sebuah upaya cari gara-gara. Apalagi sekedar "cari popularitas." Kritik RR diperlukan untuk meningkatkan KUALITAS pihak yang dikritik karena bisa jadi bahan refleksi dalam melakukan PERBAIKAN.

Sikap curiga berlebihan terhadap kritik yang dilontarkan RR, sebagai sebuah upaya "cari gara-2" dan "carai popularitas," mengindikasikan masih adanya virus otoriterisme dan sikap a priori terhadap koreksi.

Bagi saya, KRITIK yang legitimate adalah salah satu bagian INTEGRAL, semacam O2, dalam kehidupan berdemokrasi. IMHO.

Simak tautan ini:

Share:

0 comments:

Post a Comment

THF ARCHIVE

FP GUSDURIANS