Wednesday, March 13, 2019

MENYIMAK KRITIK PSI TERHADAP PARPOL


Pidato Ketum DPP PSI, Grace Natalie (GN), di Medan ( 11/3/19) seharusnya dipahami sebagai sebuah peringatan dan kritik yang sangat mendasar terhadap partai-partai politik in toto, bukan saja terhadap parpol nasionalis. Bahkan pidato tsb juga berlaku bagi PSI sendiri, sebagai salah satu parpol baru yang akan bertarung dalam Pemilu 2019.

Hemat saya, kritik paling mendasar dan menohok dari GN adalah tentang keberadaan parpol (nasionalis) saat ini yang telah "mengingkari" alasan bagi keberadaan (raison d'etre) mereka dalam kancah perpolitikan nasional pasca-reformasi.

Sedemikian jauhnya parpol-parpol dari cita-cita awal saat didirikan, sampai-sampai GN menyatakan bahwa PSI sebenarnya tak perlu ada seandainya parpol (nasionalis) yang sudah ada itu BEKERJA sesuai dengan tugasnya! Dan GN bukan hanya menuding, tetapi sambil menunjukkan beberapa fakta yang menyokong kritiknya itu.

Orang atau pihak parpol yang kena kritik GN boleh-boleh saja gerah dan marah (dan memang sudah ada respon kesal, misalnya, dari kalangan PDIP ). Tetapi kalau mereka mau agak jujur, apa yang dinyatakan Ketum PSI itu secara substantif dapat dipertanggungjawabkan. Kehidupan politik demokrasi kita selama lebih dari dua dasawarsa mengalami semacam kemandegan atau minimal "ogah-ogahan', karena parpol-parpol yang tidak lagi berfungsi secara efektif bagi sebuah sistem demokrasi yang sehat.

Terlepas dari apakah PSI sudah dan/atau nantinya akan mampu bekerja lebih baik ketimbang parpol-parpol mapan, namun faktanya baru parpol ini (melalui Ketumnya) yang punya nyali untuk melakukan kritik mendasar terhadap kondisi parpol di negeri ini. PSI mengakui betapa jauhnya jurang antara apa yang semestinya (das sollen) dikerjakan oleh parpol dengan apa yang mereka lakukan dalam kenyataan (das sein) politik. Parpol, dalam sebuah sistem demokrasi adalah ibarat mesin utama dan sekaligus pembawa arah perjalanan sistem. Jika ia rusak maka demokrasi akan hancur, pelan atau cepat!

Bagi saya sebagai seorang pengamat politik, pidato GN sangat relevan dengan apa yang menjadi pemikiran saya selama beberpa tahun belakangan yakni pentingnya sebuah gerakan reformasi total terhadap sistem partai politik. Reformasi tersebut adalah kiprah yang sama dengan yang sudah dilakukan oleh TNI dan Polri serta belakangan oleh birokrasi dalam rangka menopang kehidupan berdemokrasi pasca-Orba. Jika parpol hanya seperti sekarang maka jangan harap akan terbangun sebuah sistem demokrasi konstitusional yang efektif, sehat, dan berkesinambungan!

Harapan saya, PSI tak berhenti pada kritik tsb tetapi ia juga akan tampil menjadi salah satu kekuatan pelopor bagi reformasi sistem parpol di negeri ini. Ketum DPP PSI sudah dengan jitu membongkar kesalahan paling dasar dari parpol di negeri ini, yakni mereka semua telah dan sedang mengingkari raison d'etre nya sendiri. Langkah selanjutnya adalah PSI mengajak seluruh komponen bangsa untuk bersama2 medorong dilakukannya reformasi sistemik thd parpol dalam waktu tak terlalu lama.

Jika PSI mempunyai hasrat dan semangat melakukan perubahan mendasar tsb, saya yakin rakyat Indonesia, yang mencintai negerinya dan demokrasi, juga akan bersamanya. Dimulai dengan berkompetisi dalam ajang Pemilu 2019. Semoga sukses dalam melakukan pembaharuan di masa depan.

Share:

0 comments:

Post a Comment

THF ARCHIVE

FP GUSDURIANS